Jakarta -Indonesia masih bergantung dengan pangan impor seperti gandum dan kedelai. Dalam sebulan, uang yang dibutuhkan untuk mengimpor kedua pangan yang banyak dibutuhkan di dalam negeri ini mencapai triliunan rupiah.
Gandum selama ini banyak dipakai untuk industri tepung terigu, salah satu produk jadinya adalah mi instan. Sedangkan kedelai selama ini diimpor untuk kebutuhan industri tempe dan tahu.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Oktober 2015, kedelai impor tercatat masuk ke Indonesia sebesar 142,7 ribu ton atau senilai US$ 63,7 juta atau sekitar Rp 850 miliar (kurs dolar Rp 13.500) dan biji gandum sebesar 649,1 ribu ton atau US$ 161,8 juta atau sekitar Rp 2,150 triliun sehingga totalnya kurang lebih mencapai Rp 3 triliun.
Berdasarkan data BPS yang dikutip Kamis (26/11/2015), mayoritas kedelai diimpor dari Amerika Serikat (AS). Sisanya dari Kanada, Malaysia, dan China. Sedangkan biji gandum paling besar diimpor dari Australia.
Kedelai:
- AS 141.773 ton atau US$ 62,9 juta
- Kanada 80,6 ton atau US$ 54.920
- Malaysia 663,8 ton atau US$ 327.467
- China 240,5 ton atau US$ 324.132
Biji Gandum
- Australia 307.808 ton atau US$ 81,4 juta
- Kanada 88.995 ton atau US$ 23,8 juta
- AS 51.799 ton atau US$ 13,6 juta
- Ukraina 126.648 ton atau US$ 25,5 juta
- Rusia 66.402 ton atau US$ 15,8 juta
- Negara lainnya 7.486 ton atau US$ 1,6 juta
(detik.com)